Makalah Pembentukan Kata Dan Kalimat
KATA PENGANTAR
Puji  syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan  kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Bahasa Indonesia yang berjudul “Pembentukan Kata dan Kalimat” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya  makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah  memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung  maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih  kepada :
1. Bapak Dosen pengasuh mata kuliah Bahasa Indonesia Universitas Negeri Makassar
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat di selesaikan
Semoga  Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus  dan ihklas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas. Tak ada  gading yang tak retak, untuk itu kamipun menyadari bahwa makalah yang  telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta  kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu  penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar  dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan  penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat  hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.
Makassar, September 2011
Penulis 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kata
B. Jenis-Jenis Kata
C. Bagian-Bagian Kata
D. Pembentukan Kata
E. Pengertian Kalimat
F. Pembentukan Kalimat
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kata adalah unsur bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan  mempunyai makna. Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa  Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan  beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan  kata-kata tersebut, kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa  konsep dasar dan istilah dari pembentukan kata.
Pemakaian kata secara tepat dalam kalimat merupakan ciri khas bahasa  Indonesia ragam ilmiah. Kata-kata yang digunakan adalah kata yang  bermakna tunggal dan denotatif. Kata yang bermakna tunggal digunakan  untuk menghindari timbulnya berbagai penafsiran terhadap gagasan yang  dikemukakan dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kata denotatif adalah  kata-kata yang mengandung makna sebenarnya tanpa dikaitkan dengan nilai  rasa.
Untuk memperoleh ketepatan penggunaan kata dalam kalimat, penulis harus  paham betul akan makna ataupun konsep yang terwakili dalam kata-kata  yang dipilihnya. Dalam memilih kata yang tepat untuk suatu kalimat  dibutuhkan pengetahuan tentang gagasan yang dikemukakan dalam kata itu.  Di samping itu, pengetahuan tentang ciri-ciri kata benda, kata kerja,  dan kata sifat harus pula kita miliki.
Begitu juga dalam proses pembentukan kalimat, kita harus mengetahui dan  tahu menempatkan unsur-unsur dalam kalimat yaitu subjek, predikat,  objek, keterangan, dan pelengkap.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang mungkin akan muncul antara lain:
1.      Bagaimanakah proses pembentukan dari sebuah kata dan kalimat ?
2.      Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kata dan kalimat ?
3.      Masalah apa sajakah yang timbul dari pembentukan kata ?
C.     Tujuan
Tujuan yang dicapai dalam pembuatan makalah pembentukan kata dan kalimat ini adalah:
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengerti dan memahami tentang pembentukan kata dan kalimat.
2. Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis proses pembentukan kata dan kalimat.
3. Mahasiswa diharapkan mampu memecahkan persoalan atau masalah-masalah yang timbul dari pembentukan kata dan kalimat.
D.    Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah pembentukan kata dan  kalimat ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang proses  pembentukan kata dan kalimat serta hal-hal apa saja yang perlu  diperhatikan dalam proses pembentukan kata dan kalimat. Setelah  mengetahui tentang proses pembentukan kata dan kalimat yang benar,  mahasiswa akan dapat memecahkan dan menyelesaikan persoalan terkait  dengan masalah pembentukan kata dan kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kata
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri atau kata  adalah kumpulan dari beberapa  huruf  yang mengandung  arti tersendiri.
B.     Jenis – Jenis Kata
1. Nomina (kata benda)
nama dari seseorang, tempat atau semua benda dan segala yang di bendakan, misalnya: buku, meja, dll.
nama dari seseorang, tempat atau semua benda dan segala yang di bendakan, misalnya: buku, meja, dll.
2. Verba (kata kerja)
kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari, dll.
kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari, dll.
3. Adjectiva (kata sifat)
kata yang menjelaskan kata benda, misalnya: keras, cepat.
kata yang menjelaskan kata benda, misalnya: keras, cepat.
4. Adverbia (kata keterangan)
kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya: sekarang, agak, dll.
kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya: sekarang, agak, dll.
5. Promina (kata ganti)
kata penggati kata benda, misalnya: ia, itu, dll.
kata penggati kata benda, misalnya: ia, itu, dll.
6. Numeralia (kata bilangan)
kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukan urutannya dalam suatu deretan, misalnya: satu, kedua, dll.
kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukan urutannya dalam suatu deretan, misalnya: satu, kedua, dll.
"Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya"
C.     Bagian – Bagian Kata
1. Kata dasar (akar kata)
kata yang paling sedarhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat di kelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi berbedaan kedua bentuk ini tidak dapat di bahas di sini.
kata yang paling sedarhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat di kelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi berbedaan kedua bentuk ini tidak dapat di bahas di sini.
2. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di  tambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru.  Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain  seperti kata dasar. istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan  konfiks.
3. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
4. Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
5. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)
Secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.
Secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.
6. Kata turunan (kata jadian)
kata yang baru di turunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.
kata yang baru di turunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.
7. Keluarga kata dasar
kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.
kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.
D. Pembentukan Kata
Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka  setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus  dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui  proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi.  Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu:
1. Inflektif
Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks,  yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa  modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar  itu.
2. Derivatif
Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk kata baru, atau kata  lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini  berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau derivasional.  Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang  identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.
PROSES MORFEMIS
Afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur:
1.      Dasar atau bentuk dasar
2.      Afiks
3.      Makna gramatikal yag dihasilkan
Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif.  Namun, proses ini tidak berlaku untuk semua bahasa. Ada sejumlah bahasa  yang tidak mengenal proses afiksasi ini.
Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang  diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Sesuai  dengan sifat kata yang dibentuknya, dibedakan adanya dua jenis afiks,  yaitu afiks inflektif dan afiks derivatif.
Afiks yang Umum
Prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-
Sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya
Konfiks: ke – an, ber – an, pe – an, peng – an, peny – an, pem – an, per – an, se – nya
Infiks: -el-, -er-, -em-, -in-, -ah-
Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks  merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar  membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam  surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti  makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang  berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.
Berikut ini adalah penjelasan singkat dari beberapa afiks yang telah disebutkan di atas:
ber- : Menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang  sering kali mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu.  Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan  prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu.  Fungsi utama prefiks “ber-“ adalah untuk menunjukkan bahwa subyek  kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam  kalimat itu.
-kan : Menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang  menunjukkan penyebab proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian.  Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan verba ke bagian dalam  kalimat.
ke-an : Konfiks ini yang paling umum digunakan dalam Bahasa Indonesia. Konfiks ini adalah untuk:
1.      Membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan  dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan  kata dasar.
2.      Membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal.
3.      Membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan.
4.      Membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan.
Bedakan dengan kata berawalan “p” yang dilekati awalan “pe-“ yang  keduanya luluh menjadi “pem-“, misalnya “pemimpin” bukan “pimpin” yang  diberi infiks “-em-“ melainkan “pimpin” yang diberi awalan “pe-“.
Sisipan -in-:
Kerja = kinerja
Sambung = sinambung
Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi infiks,  maka diperlukan pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya  membedakan bahwa kata “keledai” bukanlah kata “kedai” yang diberi  sisipan “-el-“.
Kesalahan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks yang ditemukan cukup beragam. Ada banyak  ketidaktepatan dalam menentukan afiks yang akan digunakan dalam proses  verbalisasi maupun nominalisasi. Afiks - afiks tersebut sering digunakan  terbalik-balik, misalnya seharusnya memakai afiks me- tetapi  menggunakan afiks ber- dan demikian pula sebaliknya. Ketidaktepatan  tersebut akan berakibat tidak tepatnya sense kalimat yang dibentuk dan  bergesernya arti kalimat tersebut.
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
1.      Saya nikmat perjalan di Indonesia.
2.      Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
3.      Ketika saya membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
Alternatif pembenarannya:
1.      Saya menikmati perjalanan di Indonesia.
2.      Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
3.      Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
Reduplikasi
adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara  keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi,  seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki  (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti  bolak-balik (dari dasar balik). Reduplikasi semu, seperti mondar-mandir,  yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi,  tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat  pula bersifat derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah  identitas leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya,  meja-meja berarti “banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak  yang kecil”. Yang bersifat derivasional membentuk kata baru atau kata  yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya. Dalam bahasa  Indonesia bentuk laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari dasar  pura.
Khusus mengenai reduplikasi dalam bahasa Indonesia ada beberapa catatan yang perlu dikemukakan, yakni:
Pertama, bentuk dasar reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat  berupa morfem dasar seperti meja yang menjadi meja-meja, bentuk  berimbuhan seperti pembangunan yang menjadi pembangunan-pembangunan, dan  bisa juga berupa bentuk gabungan kata seperti surat kabar yang menjadi  surat-surat kabar atau surat kabar-surat kabar.
Kedua, bentuk reduplikasi yang disertai afiks prosesnya mungkin:
1) proses reduplikasi dan proses afiksasi itu terjadi bersamaan seperti pada bentuk berton-ton dan bermeter-meter.
2) proses reduplikasi terjadi lebih dahulu, baru disusul oleh proses afiksasi, seperti pada berlari-lari dan mengingat-ingat (dasarnya lari-lari dan ingat-ingat)
3) proses afiksasi terjadi lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh proses reduplikasi, seperti pada kesatuan-kesatuan dan memukul-memukul (dasarnya kesatuan dan memukul).
1) proses reduplikasi dan proses afiksasi itu terjadi bersamaan seperti pada bentuk berton-ton dan bermeter-meter.
2) proses reduplikasi terjadi lebih dahulu, baru disusul oleh proses afiksasi, seperti pada berlari-lari dan mengingat-ingat (dasarnya lari-lari dan ingat-ingat)
3) proses afiksasi terjadi lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh proses reduplikasi, seperti pada kesatuan-kesatuan dan memukul-memukul (dasarnya kesatuan dan memukul).
Ketiga, pada dasar yang berupa gabungan kata, proses reduplikasi  mungkin harus berupa reduplikasi penuh, tetapi mungkin juga hanya berupa  reduplikasi parsial. Misalnya, ayam itik-ayam itik dan sawah  ladang-sawah ladang (dasarnya ayam itik dan sawah ladang) contoh yang  reduplikasi penuh, dan surat-surat kabar serta rumah-rumah sakit  (dasarnya surat kabar dan rumah sakit) contoh untuk reduplikasi persial.
Keempat, banyak orang menyangka bahwa reduplikasi dalam bahasa  Indonesia hanya bersifat paradigmatis dan hanya memberi makna jamak atau  kevariasian. Namun, sebenarnya reduplikasi dalam bahasa Indonesia juga  bersifat derivasional. Oleh karena itu, munculnya bentuk-bentuk seperti  mereka-mereka, kita-kita, kamu-kamu, dan dia-dia tidak dapat dianggap  menyalahi kaidah bahasa Indonesia.
Kelima, ada pakar yang menambahkan adanya reduplikasi semantis,  yakni dua buah kata yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan  gramatikal. Misalnya, ilmu pengetahuan, hancur, luluh, dan alim ulama.
Keenam, dalam bahasa Indonesia ada bentuk-bentuk seperti kering  kerontang, tua renta, dan segar bugar di satu pihak; pada pihak lain ada  bentuk-bentuk seperti mondar-mandir, tunggang-langgang, dan  komat-kamit, yang wujud bentuknya perlu dipersoalkan.
Komposisi
adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar,  baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi  yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini  dapat dipahami, karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak  sekali memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum ada  kosakatanya atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses  komposisi itu dalam bahasa Indonesia menumbulkan berbagai masalah dan  berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki jenis dan makna yang  berbeda-beda. Masalah-masalah itu antara lain masalah kata majemuk.
Yang menarik adalah meskipun EYD telah mengatur dengan cukup jelas tata  cara penulisan gabungan kata, masih banyak ditemukan kesalahan yang  dilakukan pengguna bahasa Indonesia dalam menuliskan kata majemuk.
Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:
Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:
1.      Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.
2.      Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari salah pengertian. Contoh: orang-tua muda.
3.      Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima kasih.
4.      Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh: menyebarluaskan.
5.      Ditulis serangkai untuk beberapa lama yang telah ditentukan. Contohnya: manakala, kilometer.
Konversi dan Modifikasi Internal
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan  transposisi, adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi  kata lain tanpa perubahan unsur segmental.
Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau  perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan  unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang  berkerangka tetap.
Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem  sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan  makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut  kependekan. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya  halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan),  dan SD (utuhnya Sekolah Dasar).
Produktivitas proses morfemis
Yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses morfemis ini adalah  dapat tidaknya proses pembentukan kata itu terutama afiksasi,  reduplikasi, dan komposisi digunakan berulang-ulang yang secara relatif  tak terbatas, artinya ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses  tersebut. Proses inflektif atau paradigmatis karena tidak membentuk  kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk  dasarnya, tidak dapat dikatakan proses yang produktif. Proses inflektif  bersifat tertutup.
E.     Pengertian kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri  sendiri,mepunyai pola intonasi final,dan secara aktual ataupun potensial  terdiri atas klausa atau dalam linguistik,kalimat adalah satuan dari  bahasa atau arus ujaran yang berisikan kata atau kumpulan kata yang  memiliki pesan atau tujuan dan di akhiri dengan intonasi final.
F.      Macam – Macam Kalimat
1. Kalimat aktif dan Kalimat pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang memiliki subjek untuk melakukan  pekerjaan dan predikat yang berupa kata kerja me-atau ber- dan di-
2. Kalimat langsung dan Kalimat tidak langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan orang dan pada  bagian kutipan berupa kalimat tanya dan kalimat perintah menggunakan  tanda petik (“.....”) 
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali kepada  orang lain yang pada bagian kutipan berubah menjadi kalimat berita.
3. Kalimat tunggal sederhana dan Kalimat tunggal luas
Kalimat tunggal sederhana adalah kalimat terdiri dari kata yang menduduki jabatan subjek,predikat dan objek.
Kalimat tunggal luas adalah kalimat tunggal yang samping terdiri atas  kata yang menduduki fungsi sebagai subjek,predikat dan objek yang  terdapat unsur perluasan pada kalimat.
Kalimat majamuk adalah kalimat yang mempunyai dua struktur kalimat yaitu kalimat dasar atau kalimat lebih.
1.      kalimat majemuk setara (koordinasi)
2.      kalimat majemuk bertingkat
3.      kalimat majemuk bertingkat
4. Kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca 
5. Kalimat berita
Kalimat berita adalah suatu kalimat yang peristiwa atau kejadian.
6. Kalimat perintah
Kalimat berita adalah suatu kalimat yang peristiwa atau kejadian.
6. Kalimat perintah
Kalimat perintah  adalah kalimat yang berisi peritah  kepada orang lain   untuk melakukan sesuatu  dan untuk mendapatkan tanggapan sesuatu
Kalimat tanya adalah suatu kalimat yang mengandung pertanyaan tentang yang belum di ketahui 
G.    Pembentukan kalimat
1. Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa  Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata,  yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan  keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari  sekurang-kurangnya atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O,  Pel, dan Ket) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,  atau wajib tidak hadir.
a. Subjek
adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),  sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.  Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa,  atau frasa verbal.
1.      Ayahku sedang melukis.
2.      Meja direktur besar.
3.      Yang berbaju batik dosen saya.
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan  memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada  jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika  ternyata jawabannya tidak ada atau tidak logis berarti kalimat itu tidak  mempunyai S.
Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada atau tidak jelas pelaku atau bendanya.
1. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
(yang benar : Siswa sekolah dilarang masuk)
2. Di sini melayani resep obat generik.
(yang benar : Toko ini melayani resep obat generik).
3. Melamun sepanjang malam.
(yang benar : Dia melamun sepanjang malam)
b. Predikat
adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau  dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu  kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan S, prediksi dapat  pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. Termasuk  juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu  yang dimiliki S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar  berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau  frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut ini.
Perhatikan contoh berikut ini.
1.      Kuda meringkik.
2.      Ibu sedang tidur siang.
3.      Putrinya cantik jelita.
Tuturan di bawah ini tidak memilik P karena tidak ada kata-kata yang  menunjuk perbuatan, sifat, keadaan, ciri dan status pelaku/bendanya.
1. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
2. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
3. Bandung yang terkenal sebagai kota kembang.
c. Objek
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh  nominal, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang  berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O  seperti pada contoh dibawah ini.
a. Nurul menimang……....(bonekanya)
b.      Arsitek merancang………....(sebuah gedung bertingkat)
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan.
a.       Nenek sedang tidur.
b.      Komputerku rusak.
c.       Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya  dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di  belakang dan lihat ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. Serena Williams mengalahkan Angelique Wijaya [O].
a. *Angelique Wijaya [S] dikalahkan oleh Serena Williams.
b. Orang itu menipu adik saya [O].
b. *Adik saya [S] ditipu orang itu
d. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.  Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu  juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama,  yaitu dapat juga berupa nominal, frase nominal, atau klausa. Namun,  antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini.
1.      Ketua MPR // membacakan // Pancasila.
           S                     P                     O
2.      Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila.
                 S                    P                     Pel
Beda Pel dan O adalah Pel tidak dapat dipasipkan menjadi subjek, sedangkan O dapat dipasipkan menjadi subyek.
Posisi Pancasila sebagai Pel pada contoh no. 2 di atas tidak dapat dipindahkan ke depan menjadi S dalam kalimat pasip.
Contoh yang salah : Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (X)
Akan tetapi Pancasila sebagai O pada contoh no. 1 di atas dapat dibalik menjadi S dalam kalimat pasip.
Contoh : Pancasila dibacakan oleh Ketua MPR.
                    S                P                      O
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya.Selain diisi  oleh nomina dan frase nominal, Pel dapat pula diisi oleh frase  adjektival dan frase preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak  selalau persis di belakang P. Kalau dalam kelimatnya terdapat O, letak  Pel adalah di belakang O sehingga urutuan penulisan bagian kalimat  menjadi S-P-O-Pel.
Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
1.      Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
2.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
3.      Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
Bedakan : - Sekretaris itu mengambil air minum untuk atasannya.
- Annisa mengirim kopiah bludru untuk kakaknya.
(Kata atasannya dan kakanya menjadi Keterangan (Ket.), sedangkan air minum dan kopiah bludru adalah Objek).
e. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai  halmengenai S,P,O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal,  di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frase nominal,  frase preposional, adverbal, atau klausa.
1.      Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas. (ket. Tempat)
2.      Rustam Lubis sekarang sedang belajar. (ket. Waktu)
3.      Lia memotong roti dengan pisau. (ket. alat)
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah pembentukan kata dan kalimat ini adalah:
1.      Pembentukan kata mempunyai dua sifat, yaitu pertama membentuk  kata-kata yang bersifat inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif.
2.      Afiksasi asalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
3.      Prefiks adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar.  Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar.  Infiks adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Konfiks  adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi  pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir  bentuk dasar. Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung  yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur.
4.      Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar,  baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan  perubahan bunyi.
5.      Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar  dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga  terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang  berbeda atau yang baru.
6.      Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.
7.      Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dengan  penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang  berkerangka tetap.
8.      Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau  gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya  tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.
9.      Kalimat adalah adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri  sendiri,mepunyai pola intonasi final,dan secara aktual ataupun potensial  terdiri atas klausa.
10.  Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok  (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok  pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda  (nominal), klausa, atau frasa verbal.
11.  Predikat adalah adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan  (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda  di dalam suatu kalimat).
12.  Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nominal, frasa nominal, atau klausa.
13.  Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
B.     Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut, saran yang dapat saya berikan adalah:
1.      Perlunya pemahaman yang lebih mendalam terhadap proses pembentukan kata dan kalimat.
2.      Perlu adanya batasan-batasan yang jelas mengenai materi yang termasuk dalam pembentukan kata dan kalimat.
3.      Dibutuhkan banyak referensi, baik dari buku, internet, maupun surat kabar.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Moeliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
 

 
0 komentar:
Posting Komentar