Makalah Perkembangan Public Relation
KATA PENGANTAR
Puji  syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya  sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Perkembangan Public Relation di Indonesia”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam  mata kuliah Public Relations di Universitas Negeri Makassar.
Dalam  Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada  teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami  miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami  harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam  penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang  sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan  makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan  petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makassar, Mei 2013
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Mula Istilah Humas
B. Perkembangan Humas di Dunia
C. Perkembangan Humas di Indonesia
D. Humas Sebagai Pembentuk Citra Positif Lembaga
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan  masyarakat (Humas) atau dikenal dengan istilah Public Relation (PR)  merupakan suatu profesi yang menghubungkan antara lembaga atau  organisasi baik perusahaan profit maupun non profit dengan publiknya.  Dalam hal ini masyarakat merupakan sasaran utama humas karena memiliki  penanan menentukan kelangsungan hidup sebuah lembaga.
Edward L. Berneys dalam buku Public Relations menyatakan PR memiliki tiga macam arti dan fungsi:
1) Memberi informasi kepada masyarakat secara persuasif.
2) Mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap lembaga demi kepentingan kedua belah pihak.
3) Sebagai usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan antar lembaga dengan sikap perbuatan masyarakat dan sebaliknya.
Humas  dalam perananannya juga berfungsi menumbuhkan hubungan baik antara  segenap komponen, memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi dan  partisipasi publik. Humas pada dasarnya menciptakan kerjasama  berdasarkan hubungan baik dengan publik.
Penjelasan  di atas menunjukkan Humas memiliki peranan yang penting dalam upaya  mengintegrasikan lembaga kepada publiknya dengan mengemas citra positif  lembaga. Hal ini dilakukan agar citra positif lembaga tetap terjaga di  mata publik.
Humas  memiliki empat unsur falsafah (Rumanti, 2002) yang menjadi pedoman  kerja di lembaga publik. Empat falsafah itu antara lain:
1.  Humas sebagai upaya mempengaruhi kemauan individu, golongan, atau  masyarakat yang menjadi sasaran dengan maksud mengubah pikiran, pendapat  publik secara umum oleh pemerintah.
2.  Humas ditujukan untuk mendorong atau memajukan usaha-usaha bidang  ekonomi. Falsafah ini dipakai oleh badan usaha ekonomi yang mencari  keuntungan.
3. Humas dengan menggunakan pengetahuan yang luas dan bijaksana bisa dipergunakan dalam pencapaian tujuan.
4. Misi Humas yang perlu disampaikan kepada masyarakat diintegrasikan dengan kebutuhan publik.
Kegiatan Humas dapat digambarkan ke dalam dua hal :
1)  Sebagai profesi yang memiliki sasaran kerja berupa publik internal dan  publik eksternal. Publik internal adalah orang-orang yang terintegrasi  atau tercakup dalam organisasi; seluruh pegawai mulai dari staff hingga  jendral manager. Sementara publik eksternal ialah orang-orang yang  berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada  hubungannya; terutama pada publik, kantor penyiaran, pemerintah,  berbagai macam perusahaan, biro iklan, dan LSM.
2)  Kegiatan Humas adalah komunikasi dua arah (reciprocal two ways traffic  communications). Artinya, dalam penyampaian informasi Humas diharapkan  menghasilkan umpan balik (feedback), sehingga dapat menjadi bahan  evaluasi lembaga agar menjadi lebih baik.
B. Rumusan Masalah
Masalah  yang diangkat dalam penyusunan makalah ini ialah bagaimana perkembangan  Humas di Indonesia dalam peranannya sebagai pembentuk citra positif  lembaga.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Humas di Indonesia.
2. Untuk mengetahui peranan Humas terhadap sebuah lembaga.
D. Manfaat penulisan
Penyusunan  makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang perkembangan  kehumasan di Indonesia dalam peranannya sebagai pembentuk citra positif  lembaga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Mula Istilah Humas
Humas  dalam Webster’s New World Dictionarydiartikan sebagai hubungan dengan  masyarakat luas baik melalui publisitas (penyiaran media) khususnya  fungsi-fungsi organisasi dan sebagainya terkait dengan usaha menciptakan  opini publik dan citra yang menyenangkan untuk dirinya sendiri  (lembaga).
Humas  juga diterjemahkan sebagai profesi yang memiliki fungsi manajemen untuk  mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanan dan prosedur  seorang individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik dan  menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan  publik (Public Relations News). Sementara dalam (Moore, 2004: 6), Humas  diartikan sebagai filsafat sosial dan manajemen yang dinyatakan dalam  kebijaksanaan beserta pelaksaannya yang melalui interpretasi yang peka  mengenai peristiwa-peristiwa berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan  publiknya, berusaha memperoleh saling pengertian dan itikad baik.
Humas  mempunyai dua pengertian. Pertama, Humas sebagai teknik komunikasi  (technique of communication) dan kedua, Humas sebagai metode komunikasi  (method of communication) (Abdurrahman, 1993: 10). Humas menyangkut  suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua organisasi (non profit –  komersial, publik- privat, pemerintah – swasta). Artinya Humas jauh  lebih luas ketimbang pemasaran dan periklanan atau propaganda, dan telah  lebih awal.
Secara  umum konsep Humas sebenarnya berkenaan dengan kegiatan penciptaan  pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut  akan muncul perubahan yang berdampak (Jefkins, 2004: 2).
B. Perkembangan Humas di Dunia
Humas  muncul sebagai akibat dari adanya upaya menanggulangi kelumpuhan  industri batu bara di Amerika Serikat pada tahun 1906. Upaya ini berbuah  sukses hingga kemudian merujuk pada kinerja yang disebut public  relation. Ivy Ledbetter Lee adalah pelopornya waktu itu. Atas upayanya  tersebut, ia kini diangkat menjadi The Father of Public Relations.
Perkembangan  Humas juga tak lepas dari keberadaan manusia yang tak lepas dari proses  komunikasi dan proses transformasi informasi. Manusia dalam hal ini  membutuhkan informasi dalam upaya mengintegrasikan kehidupan dalam  masyarakat.
Dasar-dasar  fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yang  direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode  perkembangan memiliki perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik,  menciptakan opini publik demi perkembangan organisasinya.
Gambaran kronologis PR di dunia :
Abad ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
1865-1900 : Publik masih dianggap bodoh
1900-1918 : Publik diberi informasi dan dilayani
1918-1945 : Publik diberi pendidikan dan dihargai
1925 : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai  mata kuliah wajib. Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang  bermutu
1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
1968 : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena  penelitian yang rutin dan kontinyu. Di Amerika perkembangannya lebih ke  arah bisnis.
1968-1979 : Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu aspek saja.
1979-1990 : Profesional / internasional memasuki globalisasi dalam perubahan mental dan kualitas
1990-sekarang :
a) Perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap dan pola perilaku secara nasioal/internasional
b) Membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasional
c) saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global / informasi
C. Perkembangan Humas di Indonesia
Sejarah  perkembangan Humas di Indonesia secara konsepsional terjadi pada tahun  1950-an. Saat itu berdiri organisasi Humas pertama kali di perusahaan  perminyakan negara (Pertamina). Adanya divisi HUPMAS (Hubungan  Pemerintah dan Masyarakat) Pertamina ini sangat penting dalam upaya  menjalin hubungan komunikasi timbal balik dengan pihak klien, relasi  bisnis, perusahaan swasta/BUMN/Asing dan masyarakat.
Rosady Ruslan, SH, MM membagi perkembangan Humas di Indonesia dalam 4 periode sebagai berikut :
1. Periode 1 (Tahun 1962)
Secara  resmi pembentukan Humas di Indonesia lahir melalui Presidium Kabinet  Perdana Menteri Juanda, yang menginstruksikan agar setiap instansi  pemerintah harus membentuk bagian/divisi Humas. Dijelaskan pula garis  besar tugas kehumasan dinas pemerintah adalah : Tugas strategis yaitu  ikut serta dalam proses pembuatan keputusan oleh pimpinan hingga  pelaksanaaannya. Dan tugas taktis yaitu memberikan informasi, motivasi,  pelaksanaaan komunikasi timbal balik dua arah supaya tercipta citra atas  lembaga/institusi yang diwakilinya.
2. Periode 2 (Tahun 1967 – 1971)
Pada  periode ini terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata  kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan  pemerintah dalam pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan  kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
Tahun  1967, berdiri Koordinasi antar Humas Departemen/ Lembaga Negara yang  disingkat “Bakor” yang secara ex officio dipimpin oleh pimpinan pada  setiap departemen. Tahun 1970- 1971, Bakor diubah menjadi Bako-humas  (Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah) yang diatur melalui SK Menpen  No. 31/Kep/Menpen/tahun 1971. Kerjasama antara Humas  departemen/institusi tersebut menitikberatkan pada pemantapan  koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam operasi penerangan dan  kehumasan.
3. Periode 3 (Tahun 1972 – 1993)
Periode ini ditandai dengan munculnya Humaskalangan profesional pada lembaga swasta umum. Dengan indikator sebagai berikut:
a)  Tanggal 15 desember 1972 didirikannya Perhimpunan Hubungan Masyarakat  Indonesia (Perhumas) sebagai wadah profesi HUMAS oleh kalangan praktisi  swasta dan pemerintah. Seperti wardiman Djojonegoro (mantan mendikbud),  Marah Joenoes (mantan kahupmas Pertamina), dll. Pada konvensi Nasional  HUMAS di Bandung akhir tahun 1993 lahirlah Kode Etik Kehumasan Indonesia  (KEK). Perhumas juga tercatat sebagai anggota International Public  Relations Association (IPRA) dan ASEAN Public Relations Organization  (FAPRO).
b)  Tanggal 10 April 1987 di jakarta, terbentuklan suatu wadah profesi  HUMAS lainnya yang disebut dengan Asosiasi Perusahaan Public Relations  (APPRI). Tujuannya adalah sebuah wadah profesi berbentuk organisasi  perusahaan – perusahaaan public relations yang independen (konsultan  jasa kehumasan).
4. Periode 4 (Tahun 1995 – Sekarang)
Periode  ini Public Relations berkembang di kalangan swasta bidang profesional  khusus (spesialisasi PR/HUMAS bidang industri pelayanan jasa). Dengan  indikator sebagai berikut:
a)  Tanggal 27 November 1995 terbentuk Himpunan Humas Hotel Berbintang  (H-3). Himpunan ini diperuntukkan sebagai wadah organisasi profesi HUMAS  bidang jasa perhotelan, berkaitan erat dengan organisasi PHRI  (Perhimpunan Hotel dan Restoran di Indonesia).
b)  Tanggal 13 september 1996 diresmikannya Forum Komunikasi Antar Humas  Perbankan (FORKAMAS) oleh Gubernur BI Soedradjad Djiwandono. Forum ini  resmi bagi para pejabat HUMAS (Public Relations Officer), baik bank  pemerintah (HIMBARA), swasta (PERBANAS), dan asing yang beroperasi di  bidang jasa perbankan di Indonesia.
c)  Keluarnya SK BAPEPAM No.63/1996, tentang wajibnya pihak emiten  (perusahaan yang go public) di Pasar Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa  Efek Surabaya memiliki lembaga Corporate Secretary.
d)  Berdirinya PRSI (Pulic Relations Society of Indonesia) pada tanggal 11  november 2003 di Jakarta. ini menyerupai PRSA ( Public Relations Society  of Amerika), sebuah organisasi profesional yang bergengsi dan  berpengaruh serta mampu memberikan sertifikasi akreditasi PR Profesional  (APR) di Amerika yang diakui secara internasional.
PRSI  atau Masyarakat PR Indonesia (MAPRI) pertama kali dipimpin oleh August  Parengkuan, seorang wartawan senior harian Kompas dan mantan ketua  Perhumas-Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah meningkatkan kesadaran,  kepedulian, kebersamaan, pemberdayaan serta pastisipasi para anggotanya  untuk berkiprah sebagai PR professional dalam aktivitas secara nasional  maupun internasional.
Wakil  Ketua Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), Halim  Mahfudz, mengatakan Perusahaan yang bergerak di bidang pubilc relations  (PR) di Indonesia kini berkembang pesat, seiring bakal terjadinya  perekonomian bebas pada tahun 2010. Saat ini ada sekitar 50-60  perusahaan PR yang dikelola oleh pengusaha Indonesia maupun asing yang  berani mempublikasikan diri. Selain itu, diprediksi ada puluhan  perusahaan PR yang belum berani memunculkan diri.
D. Humas Sebagai Pembentuk Citra Positif Lembaga
Menurut  Dozier (1992) peranan praktisi humas dalam organisasi merupakan salah  satu kunci penting untuk pemahaman akan fungsi public relations dan  komunikasi organisasi disamping sebagai sarana pengembangan pencapaian  profesionalitas dari praktisi humas.
Secara  sederhana tugas praktisi kehumasan adalah menjadi penghubung antara  lembaga publik dengan masyarakat luas, agar tercapai saling pengertian,  kerjasama dan sinergi yang positif antara berbagai pihak yang ada. Dalam  konteks lembaga lembaga public, sejatinya peran melayani dan  mengembangkan dukungan publik guna mencapai tujuan organisasi-lah yang  sangat penting dimainkan.
Pada  konteks ini, praktisi humas harus bisa membentuk nilai, pemahaman,  sikap, hingga perilaku publik agar sejalan dengan kebutuhan organisasi.  Melalui pengemasan pesan-pesan komunikasi publik yang lebih banyak  berisikan tentang apa dan siapa serta apa manfaat keberadaan organisasi.  Pesan-pesan ini dapat dikomunikasikan melalui media massa atau media  lain yang dipilih sesuai dengan target sasaran.
Dewasa  ini, Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang sebenarnya,  terlepas dari apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa pengaruh yang  jelas. Karena itu, PR dituntut mampu menjadikan public memahami suatu  pesan yang dikemas, demi menjaga reputasi atau citra positif lembaga.  yang diwakilinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Edward L. Berneys dalam buku Public Relations menyatakan PR memiliki tiga macam arti dan fungsi:
1) Memberi informasi kepada masyarakat secara persuasif.
2) Mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap lembaga demi kepentingan kedua belah pihak.
3) Sebagai usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan antar lembaga dengan sikap perbuatan masyarakat dan sebaliknya.
Dasar-dasar  fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yang  direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode  perkembangan memiliki perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik,  menciptakan opini publik demi perkembangan organisasinya.
Rosady Ruslan, SH, MM membagi perkembangan Humas di Indonesia dalam 4 periode :
1. Periode 1 (Tahun 1962)
2. Periode 2 (Tahun 1967 – 1971)
3. Periode 3 (Tahun 1972 – 1993)
4. Periode 4 (Tahun 1995 – Sekarang)
Menurut  Dozier (1992) peranan praktisi humas dalam organisasi merupakan salah  satu kunci penting untuk pemahaman akan fungsi public relations dan  komunikasi organisasi disamping sebagai sarana pengembangan pencapaian  profesionalitas dari praktisi humas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, Oemi. 1993. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti
Effendy, Onong Uchjana. 1999. Hubungan Masyarakat. Suatu Study Komunikologis.
Kasali, Rhenald. 2005. Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti
Moore, Frazier. 2004. Humas, Membangun Citra dengan Komunikasi. Bandung: Rosda.
Rachmadi. F. 1994. Public Relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia
Rumanti, Maria Assumpta. 2002. Dasar-dasar Public Relations: Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Ruslan Rosady. 1998. Manajemen PR & Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
 

 
0 komentar:
Posting Komentar